Alhamdulillah, segala puji bagi Allah Azza Wa Jalla. Sholawat serta salam senantiasa kita haturkan pada junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW, keluarga, sahabat, serta para pengikutnya.
Hanya mencoba merangkum kembali beberapa kalimat motifasi dari “guru” saya yang tercecer dalam beberapa lembar halaman buku mengaji. Bagi anda yang belum pernah merasakan rasanya ber”guru” tentu heran dengan sikap mental mayoritas santri yang begitu tunduk dan patuh pada gurunya. Bagi sebagian orang tentu merasa aneh ketika melihat kami mencium tangan “guru”, melihat kami yang tak berani berjalan sembarangan di depan “guru”, melihat kami yang berjalan ngodok (jalan jongkok kayak di keraton2 Jawa itu loh) ketika di depan “guru”, melihat kami yang tak berani berkata2 jika tidak ditanya/ dipersilahkan “guru”. Aneh ? dan sebagian orang tentu berseru, “Feodalisme, tuh !”. Huhh,,, ketundukan dan kepatuhan yang didasari ketulusan dan keimanan malah dituduh feodal, sedangkan ketundukkan dan kepatuhan yang dilandasi “sistem birokrasi” malah jauh dari sorotan.
Ketika kami “sami’na wa atho’na” (kami dengar, kami laksanakan) terhadap “guru” kami malah divonis taqlid buta. Namun pada kemana tuh para protestor “anti taqlid buta” ketika menghadapi para pengagum Einstein dengan teori relativitasnya, ketika para psikopat (eh..., psikolog) mengagung2kan psikoanalisanya Sigmund Freud, para sosialis yang mendewakan Karl Marx, para anti kreasionis yang taqlid dengan evolusinya Charles Darwin. Dimana kekritisan mereka dalam menilai segala hal, dimana lagi obyektifitas mereka ?. Waduhh... kok jadi ngelantur kemana-mana sih, maaf kawan saya hanya ingin menyampaikan bahwa dalam memandang segala sesuatu ada baiknya kita berdasarkan ‘ilmu dan ridho Allah Ta’ala tentu.
Dan saya percaya bahwa beberapa kalimat berikut yang disampaikan “guru” saya tentu terinspirasi dari ayat2 Al Qur’an dan pesan2 dalam hadits Rasulullah SAW, jikapun menurut kalian ada yang menyimpang dari Al Qur’an, silahkan kritisi, kawan. Dengan demikian, semoga kita terhindar dari taqlid buta yang bisa menimpa siapapun juga, amin.
Firman Allah Ta’ala, kurang lebih artinya :
Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Ikutilah apa yang diturunkan Allah." Mereka menjawab: "(Tidak), tapi kami (hanya) mengikuti apa yang kami dapati bapak-bapak kami mengerjakannya." Dan apakah mereka (akan mengikuti bapak-bapak mereka) walaupun syaitan itu menyeru mereka ke dalam siksa api yang menyala-nyala (neraka)? (QS Luqman, 31:21)
Dalam hal ini saya hanya ingin mengajak untuk menyampaikan kandungan Al Qur’an dalam bahasa-bahasa yang mudah dicerna dan diterima secara universal, karena memang demikianlah selayaknya kita menyampaikan Islam sebagai rahmat semesta alam.
Bersosialisasi.
Berikanlah yang terbaik, maka kau akan jadi pemimpin
“We come, we take over !”. Kami datang, kami ambil alih
Jangan meminta penghormatan dari masyarakat, tapi berikanlah rasa hormat pada masyarakat.
Lebih baik dianggap rendah, tapi tinggi. Daripada dianggap tinggi, tapi rendah.
“Penghargaan” bukanlah suatu penghormatan, tapi sebuah tanggung jawab.
Hanya orang kotor yang akan berkata “Politik itu kotor”
Pemuda.
Pemuda bukanlah yang menepuk dada dengan “inilah moyangku”, tapi pemuda adalah yang berani berkata “inilah aku”.
“Miliki”lah apa yang kau miliki.
Wanita.
Harta berharga yang sesungguhnya dimiliki oleh wanita adalah qona’ah (mensyukuri apa yang didapat).
Mustikane wong wadon iku ing rasa “isin”. (Mahkota seorang wanita adalah memiliki rasa malu).
Tholabul ‘Ilmi.
‘Ilmu agama (baca : Islam) adalah ilmu apapun yang dengan mempelajarinya menjadikan kita mengenal dan bertaqorrub pada Allah Ta’ala.
Tatkala seseorang sudah merasa pandai, maka sejak saat itulah ia bodoh.
Istiqomah luwih bagus tinimbang sewu karomah. (Istiqomah lebih baik dari seribu karomah : konsistensi dalam hal apapun lebih baik dari seribu keajaiban).
Hidayah, tsamrotul ‘ibadah. Hidayah adalah buah dari ibadah (makna umum : Petunjuk Ilahi hanya dapat diraih dengan dedikasi).
Motifasi Kerja.
Berorientasilah pada kerja, jangan berorientasi pada hasilnya.
Jangan menunda sampai besok apa yang bisa kau kerjakan sekarang.
Jangan pernah mencari kebahagiaan, tapi ciptakanlah kebahagiaan.
Jangan hanya melihat “buah” dari kesuksesan, lihat juga “proses” meraihnya.
Motifasi Diri.
Masa depanmu adalah sekarang.
Masa depanmu adalah bagaimana usahamu hari ini.
Jangan merasa ‘kecil’ bila dikecilkan orang lain, sebab keberhasilan selalu berangkat dari hal yang kecil.
Sekali lagi, kritisilah jika kalimat2 di atas bertentangan dengan Al Qur’an. Sampaikan kebenaran dengan ‘ilmu bukan dengan kebencian. Semoga bermanfa’at.
22 Desember 2011 pukul 07.29
Kalo loe tahu...tolong donk, di buatkan tulisan masalah penanggulangan penyakit hati yang berbuah akan kesabaran yang barokah, ilmu yang barokah dan tentu syukur yang barokah... Gue tunggu ya Jack ?!?!
SyauQie
24 Desember 2011 pukul 13.27
Sak erohku sing jenenge penyakit hati itu ada dua macam: Penyakit syahwat dan penyakit syubhat. Keduanya tersebut dalam Al-Qur’an.
penyakit syahwat masih bisa diharapkan sembuh, bila syahwatnya sudah terlampiaskan. Sedangkan penyakit syubhat, tidak akan dapat sembuh, kalau Allah tidak menanggulanginya dengan limpahan rahmat-Nya.
Nah, berkah tidak ada akan muncul jika tidak ada yg "diberkahi" hahahaaa.. dan tentunya harus melewati proses panjang untuk mendapatkan keberkahan itu.
oke brow.. suwun wes mampir nang blogku :D
3 Januari 2012 pukul 07.25
SyauQie
15 Januari 2012 pukul 17.25