Halaman

Social Network; Media Budaya Narsis

0 komentar

Jaman gini gak mainan internet mungkin disangka ndeso karena dari pelajar hingga pekerja bahkan pengangguran (seperti saya) pun sekarang dah pada ketagihan yang namanya internet terlebih pada jejaring sosial yang disukai, mungkin ada yang suka facebook, twitter, google+, skype dll. Kira-kira apa ya yang membuat ketagihan? ya itu tadi, karena merasa (lebih) gaul kalau eksis di jejaring sosial. Jejaring sosial itu baik ato buruk sih? semua hal pasti ada baik buruknya, ‘SyauQie’s Zone’ kali ini gak akan bahas neko-neko karena Ide Itu Gak Harus Kreatif Karena Ide Itu Sederhana, jadi sekiranya postingan ini cuma sekedar mengulas dari sisi gaya gaul yakni Social Network; Media Budaya Narsis.

Sadar ato nggak yang namanya jejaring sosial dapat membentuk jiwa narsisisme yang tinggi atau narsis mugholadhoh wkwkwkwk… Apa buktinya? bukti sederhananya adalah foto!!! Misalnya saja di facebook, banyak sekali foto yang sengaja diupload untuk dipertontonkan kepada pengguna facebook lainya. Mungkin dengan meng-upload foto itu seolah ia ingin mengatakan “gimana aku ganteng kan?”, “aku seksi kan?”, “aku orang kaya gitu loh”, “aku bla-bla-bla…..”.

Mungkin nggak dari foto saja, status juga bisa mengekplorasi bakat narsis, misalnya; update status “gila, baru nyadar deh, ternyata aku itu ganteng banget”, lalu 15 menit kemudian update lagi “aduh, aku gak gak gak kuat…. punya wajah ganteng, hawanya pengen ngaca mulu”, 15 menit kemudian tunggu saja status terbarunya. (maaf ya, contoh statusnya agak dilebih-lebihkan, biar chemistry akan narsismenya itu dapat gitu loh) hahaaa...

Bila narsisme itu sudah tinggi bahayanya adalah untuk dunia remaja yang masih pelajar mungkin prestasinya di dunia menuntut ilmu agak terganggu kali ya, karena semenjak kenal facebook atau twitter jadi pada rajin masuk, bukan masuk sekolah tapi masuk warnet untuk sekedar upload foto atau update status. Atau rajin masuk sekolah tapi mainan facebook sama twitternya lewat HP. Gurunya nerangin panjang lebar, muridnya duduk manis aja, gurunya sih bangga-bangga aja karena dengan muridnya yang duduk manis itu ia merasa diperhatikan, padahal yang duduk manis itu pada mainan facebook, bikin status “gurune ngajar e gak jelas”, udah gitu jadilah komen-komenan. Buat pelajar yang sukanya kayak gitu, mbok ya ndang tobat sebelum terlambat. Tapi apa mau dikata, guru jaman sekarang juga pada rajin update status, disela-sela nerangin bikin status “busyeet murid-muridku pada duduk manis semua waktu aku lagi nerangin, aku emang guru yang hebat”.  Lain dunia pendidikan lain pula dunia kantoran, Buat yang statusnya pekerja, biasa belagak sibuk di depan komputer padahal ya gitu deh, facebook-an man twitter-twitteran.

Narsisme yang tinggi alias berlebihan bisa memicu rasa-rasa yang lain, misalnya rasa gelisah bila sehari gak update status, rasa resah bila sehari gak upload foto, gak bisa tidur bila sehari gak bisa memperlihatkan sesuatu di facebook atau twitternya. Alangkah baiknya bila para user jejaring sosial membudayakan narsis yang baik, maksudnya narsis yang bermanfaat, misalnya pamer foto tapi fotonya bukan foto pribadi yang (sok) cool, bisa foto-foto tempat wisata di sekelilingmu, sekalian promo gitu, sebisa mungkin fotonya tak perlu ada penampakan “kamu”nya, kalo kamunya nampak, balik maneh nang narsis. Atau mungkin buat pamer hasil karya, bisa berupa puisi atau hasil menggambar atau apa lah, atau nulis status-status yang penuh motivasi. 

Kalau aku memang rajin di facebook, buat pajang url blog, kadang juga update status tapi statusnya gak ada yang jelas. Yang jelas diluar pajang url blog, segala status yang saya keluarkan hanyalah seru-seruan belaka, mau bikin status yang penuh motivasi gitu sih, tapi berattt deh, karena sering kali apapun statusku ujung-ujungnya cuma dikomeni ‘hahahah, heheheh, kwakkwakk, xixixi, wekeke, dan sejenisnya’, ngenes yoo…

OK mas BROto and mbak soSIS mari budayakan bermain santai dan damai…