Halaman

Tanyalah udang, mengapa bersembunyi di balik batu

0 komentar


 Tanyalah udang, mengapa bersembunyi di balik batu? Pasti jawabannya, “Kami tidak bersembunyi, itu rumah kami. Rumah kami luas tak bertembok tebal, tak berpagar tinggi seperti rumah kalian makhluk manusia. Kami menyukai sungai jernih berarus yang berbatu-batu. Kami hidup tenteram di sana, sampai kalian mengejar-ngejar. Puluhan bahkan mungkin ratusan ekor teman kami di ujung kali kalian tangkap tiap hari.”

“Kami tidak bodoh seperti yang kalian sangka. Bahkan kami bisa berjalan mundur dan melompat ke belakang dengan sangat cepat. Apa kalian bisa melakukannya? Otak kami berbeda konstruksinya dengan otak kalian. Sistem otak kami disebut sistem syaraf tangga tali. Sebuah sistem syaraf yang sangat sederhana, terbuat dari dua tali syaraf. Andai nama kita di balik, kalian yang hidup di gedung-gedung itu yang bernama udang dan makhluk yang hidup di sela-sela bebatuan di sungai itu bernama manusia, maka udang yang tolol akan dijuluki udang berotak manusia. Iya kan?”

Panjang juga ceramah udang ini. Percaya? Untuk membuktikannya tanya sama udang di balik batu. Makhluk yang bernama manusia, memang kurang kerjaan membuat peribahasa, “Ada udang di balik batu.” Itu berarti setiap ada batu, pasti ada udang di sebaliknya. Padahal belum tentu ada udang. Makna peribahasa itu, kalau udang tahu, pasti mereka tertawa terpingkal-pingkal, sampai bertambah seksi bungkuk punggungnya. Ada udang di balik batu bermakna, orang yang berpura-pura baik, namun sebenarnya ada maksud terselubung. Orang tersebut tidak tulus. Ada agenda-agenda tersembunyi yang disusupkan.

Seorang yang tidak biasa-biasanya beranjangsana, tiba-tiba rajin berkeliling keluar masuk
kampung, lengkap dengan buah tangannya, pasti ada maksud sesuatu. Barangkali sedang mencari calon menantu, Atau sedang survei calon istri nomor dua atau tiga. Dana bantuan sosial APBD yang dibagikan oleh penguasa atau politisi selalu diiringi dengan pesan-pesan sponsor. Mana ada makan siang gratis, kata orang bule. Hubungan aksi-reaksi seperti itu sangat tepat digambarkan dalam pribahasa, ada udang di balik batu. Ada harapan yang lebih besar atau lebih menguntungkan dari suatu perbuatan atau budi yang ditanam. Kalau tujuan yang tersembunyi itu tidak mengorbankan kepentingan umum, tidak jadi masalah. Tapi bila maksud tersembunyi itu sarat dengan kepentingan pribadi, maka udang di balik batu menjadi negatif.

Udang juga punya stigma negatif dengan otaknya. Bukan karena otaknya berada di dengkul, sebab udang tidak punya dengkul. Tapi masalahnya, kepala udang berfungsi sebagai perut, atau dengan kata lain perutnya ada di kepala, dan tentu saja “perut” ini berisi segala macam makanan,baik yang baru maupun yang lama. Ternyata tidak semua tengkorak kepala makhluk hidup di bumi ini berisi otak, seperti pemahaman umum manusia. Udang pengecualian, tengkoraknya tidak berisi otak tapi makanan. Entah apa rahasisanya. Oleh karena itu orang yang bodoh sering disebut berkepala udang.

Perihal kepalanya yang berisi makanan, konon dianggap aib bagi udang, sehingga ketika udang menertawai ikan karena tidak punya jepitan, ikan langsung membalas kontan dengan jurus jitu. Udang tak punya kepala yang bisa berpikir sehingga udang tidak bisa membedakan berjalan ke depan atau berjalan mundur. Udang juga berbadan bungkuk, dan udang sering tak sadar akan bungkuknya. Tapi aneh bin ajaib, makhluk laki-laki dewasa yang bernama manusia, justru sering tergila-gila mencari si bungkuk udang. Alamaaak.