Halaman

Kisah sobat perempuanku....

0 komentar

Masih ingat betul bagaimana nada suaranya begitu panik dari seberang sana. Sobatku itu setengah berteriak dari ujung gagang teleponnya. Alamatnya palsu, Mas. Dia ngasih alamat palsu. Ngga ada yang kenal nama dia di sini," begitu ia terisak. Padahal perempuan itu sudah menempuh jarak Surabaya-Bali dengan uang pas-pasan. Kondisi fisiknya pun lemah. Hamil 5 bulan. Siapa gerangan yang dicarinya di Bali, pulau dimana ia tak punya kenalan seorang pun itu? Ayah dari bayi yang dikandungnya. Tak lama kemudian telepon tadi terputus. Pesanku terakhir saat itu adalah, "Cepet balik ke Surabaya!! Buruan!".


Enam bulan kemudian, aku bertemu dengannya dalam keadaan kurus dan pucat, kini bayinya sudah berumur 2 bulan dan mengidap kelainan paru-paru. Dia harus menanggung semua biaya yg diderita bayinya tanpa seorang suami.


Kalau sudah begini, layakkah kita percaya cinta itu ada?