Halaman

Kisah Seorang Ibu di Gaza

0 komentar

Um Murad, seorang ibu Palestina di wilayah miskin Jalur Gaza, memutuskan untuk mencari pekerjaan guna menunjang keluarganya setelah suaminya, satu-satunya tulang punggung keluarga, kehilangan pekerjaan.

Satu-satunya pekerjaan yang ditemukan oleh ibu berusia 34 tahun itu ialah menjadi pelayan buat keluarga kaya di Kota Gaza. Ia mencuci piring dan membersihkan rumah untuk memberi makan anak-anaknya, agar mereka tidak menjadi pengemis.


Kendati ia hamil, dan diperkirakan melahirkan dalam waktu dua bulan lagi, ia memutuskan untuk mencurahkan perhatiannya pada pekerjaan, dan Hari Perempuan Internasional --yang jatuh pada 8 Maret-- tak ada keistimewaannya buat Um Murad.


"Saya tak pernah bekerja sebagai pelayan dan tak pernah melakukan jenis pekerjaan ini, meskipun saya saya pernah bekerja di pertanian ayah saya sudah lama berlalu, sebelum menikah," kata ibu dua anak itu. Ia menambahkan, "Saya tak mempunyai pilihan lain setelah suami saya kehilangan pekerjaannya sekitar setahun lalu."


Awalnya, orang-orang di sekelilingnya , terutama suami dan keluarga, tak mau menerima pendapat bahwa saya bekerja sebagai pelayan di beberapa rumah di Jalur Gaza. Namun kondisi hidup yang berat mengharuskannya melakukan pekerjaan jenis ini.


Um Murad tinggal di gubuk sementara yang dibuat dari kayu dan logam. Rumahnya, yang dibuat secara tidak sah di tanah pemerintah, tak mempunyai listrik, air atau bahkan furnitur, kecuali beberapa kasur dan beberapa kursi plastik yang sudah pecah. Ia mengatakan, "Kami sangat menderita pada musim dingin."


Um Murad memiliki dua anak, yang harus meninggalkan sekolah dua tahun lalu. Ia mengatakan ia berusaha membawa kembali kedua anaknya ke sekolah, tapi sekolah menolak untuk menerima mereka dengan alasan mereka telah melewati usia yang diperkenankan.


Um Murad,
bukan satu-satunya ibu rumah tangga di Jalur Gaza yang berjuang memberi makan keluarganya. Puluhan perempuan Palestina, terutama di Jalur Gaza, harus menopang keluarga mereka. Kebanyakan perempuan Palestina di Jalur Gaza memikul tanggung jawab mengurus anak mereka dan melakukan pekerjaan rumah tangga karena tradisi masyarakat konservatif melarang perempuan bekerja.

Kaum pria di Jalur Gaza sangat percaya bahwa mengurus anak dan mengurus mereka adalah tanggung jawab kaum ibu dan itu adalah pekerjaan terbaik di Jalur Gaza yang dipandang sebagai masyarakat yang sangat konservatif. Perempuan di Jalur Gaza diperlakukan dengan buruk oleh kaum pria,di dalam masyarakat tradisional seperti di Jalur Gaza dan di tengah kondisi hidup yang sulit.


Menurut jumlah resmi, yang dihitung oleh berbagai organisasi perempuan di Jalur Gaza, kesikut-sertaaan perempuan di dalam tenaga kerja mencapai 11,6 persen pada 2007 di Jalur Gaza, tempat keluarga yang hanya mendapat nafkah dari perempuan hanya berjumlah delapan persen.


Fakta bicara lain bahwa ada sangat banyak perempuan yang menghadapi pelanggaran hak mereka akibat kemiskinan di Jalur Gaza, serta memburuknya kondisi kesehatan dan pendidikan. Banyak perempuan di Jalur Gaza menghabiskan kebanyakan waktu mereka untuk mencari pekerjaan atau sumber nafkah lain membuat perempuan di Jalur Gaza merentangkan kemampuan mereka sampai batasnya guna meningkatkan bakat mereka dan memperoleh pendidikan yang layak.


Impian Um Murrad
dan perempuan-perempuan Gaza ialah melihat anak-anak mereka bersekolah, suami memiliki pekerjaan.