Halaman

Untuk yang Tercantik Disana

2 komentar

“Apa yang akan kamu pilih, Olav, jika ada sebuah kekuatan yang lebih tinggi memberimu pilihan? Akankah kamu memilih untuk tinggal di bumi pada suatu waktu tertentu? Atau akankah kau menolak untuk ikut dalam permainan ini karena kamu tak menyukai peraturannya?” (Georg pada Jan Olav dalam Gadis Jeruk, Jostein Gardner).


Aku tahu pilihan itu tak mungkin ada. Kau telah menjadi bagian dari kehidupan, demikianlah kenyataannya. Tapi seandainya kau memiliki kesempatan untuk mengulang bagian dalam hidupmu, masihkah kau akan memilih jalan yang sama? Jalan yang menyebabkan hidupmu beririsan dengan hidupku. Dua makhluk asing yang dipertemukan dalam sebuah adegan hidup, dan seketika menjadi begitu dekat.


Peraturannya sederhana, aku peduli padamu sebagaimana kau padaku, kita menjadi terikat seperti rubah pada Pangeran Kecil. Namun dibalik segala kebahagiaan yang kudapatkan setelah mengenalmu, aku juga jadi belajar cemas. Gelisah saat kau tidak muncul, atau ketika tiba-tiba kau harus pergi. Kenyamananku dengan kehadiranmu telah menjadi bagian yang utuh, hingga saat kita berpisah kau membawa sebagian dari diriku bersamamu.


Aku tahu, kau pasti tidak menyukai peraturan ini. Tapi kalau kau diberi kesempatan untuk mengulanginya dan kau memilih untuk tidak bertemu denganku, aku tidak tahu apa yang akan terjadi padaku. Sungguh, aku tidak bisa membayangkan kehidupanku tanpa dirimu, pikiran-pikiranmu yang maju, caramu menyemangatiku, dan satu hal yang membuatku berat untuk berpisah denganmu, kesediaanmu untuk mempercayai segala langkah yang kupilih. Meski aku pun merasa sedih saat harus berpisah denganmu, tapi masa-masa saat kau menjadi bagian dari hari-hariku menjadi kekuatan tersendiri.


Untuk meredakan kesedihan ini aku berusaha mengukir kenangan-kenangan indah yang telah kita lalui dalam ingatanku. Kenangan yang senantiasa bisa kulihat setiap kali aku merasa sedih, atau kala aku merasa tak ada seorang pun yang mengerti. Mengenai perpisahan, biarlah kesedihan itu hanya terjadi sekali, yaitu saat terjadi. Setelah itu aku hanya akan mengingat bagian-bagian indahnya saja.


Bukan hal yang mudah untuk melakukan hal itu, untukku sekalipun. Tapi kalau pertanyaan itu diperuntukkan bagiku, aku akan tetap memilih bertemu denganmu. Aku akan mengulangi kejadian demi kejadian setepat-tepatnya. Meski itu juga berarti aku harus merasakan sebuah kehilangan saat berpisah denganmu. Kau tahu aku seorang penakut, tapi untuk dirimu aku akan berusaha untuk menjadi orang yang berani, dan kuharap kaupun begitu.


Sejak mengenalmu aku belajar untuk berani kehilangan, karena mengenalmu sama artinya dengan mempersiapkan kepergianmu. Aku juga belajar untuk berubah, bukan karena kau memaksaku untuk mengikuti pola pikirmu, kau terlalu baik untuk melakukan hal itu. Tapi perubahan itu terjadi begitu saja, seperti halnya pohon yang menua, daun-daun yang berguguran dan diriku yang turut ber-evolusi bersama dunia ini.


Subhanalloh , aku tak mau lebih banyak berkata-kata, karena kata kadang bisa mereduksi makna. Satu hal yang harus kau ketahui, aku senantiasa mengharap yang terbaik untukmu. Semoga irisan kehidupanku denganmu memberi makna yang indah, sebagaimana yang kau lakukan untukku.


Salam sayang selalu,
Pare, 23 Juli 2010 / 4:35 AM
Tulisan menarik bos...
Kok ga ngomonk2 lek masang linkQ...
Lek ngerti ta pasang pisan linkmu ng blog...mene ta pasang ng blogq..
Thank wis dolan2 ng blogq....

Salam Blogger !!!
hehee... iku ae yo gak sengojo yak, monggo dilanjuutt