Halaman

Cerita Hari Ini

0 komentar

Hari ini tanggal 20 Mei. Hari ini hari bangsa kita memperingati Kebangkitan Nasional. Hari ini Presiden SBY melantik pengganti Ibu Sri Mulyani. Hari ini komponis legendaris Gesang dipanggil kembali ke haribaan Ilahi. Hari ini mereka yang “belum menyukai Islam” mengajak orang untuk menggambar bentuk junjungan kami ummat Islam Nabi Muhammad SAW yang jelas-jelas terlarang (salawat dan salam padamu junjungan kami semoga Allah yang sangat mengasihimu selalu melindungi dan memberkahimu dan keluargamu). Hari ini Metro TV mencanangkan program-program terbarunya, sementara di TV One berlangsung siaran langsung acara Pembukaan Munas IX Soksi.

Sementara aku sendiri. Hari ini perasaan cukup tenang karena memang masalah demi masalah sudah terlewati meski harus ada yang dikorbankan.

Hari ini aku terbangun kesiangan, padahal sudah bikin janji ketemuan ma si boss di kampus. Huft… mati deh kayanya.

Sesampai disana aku menuju ke kantin, sarapan seperti biasa, dan si boss datang menyusul, dia bercerita sedikit mengenai keadaan kantor (sedikit agak marah sich, karena memang kondisi lembaga yang sudah tidak terkontrol para penghuninya). Belum lagi masalah di internal kader-kadernya yang semakin "liar" tak bermoral (ternyata label agama pun tak menjadikan jaminan bahwa dia orang yang beragama). Aku hanya bisa memberikan sedikit solusi karena memang aku sangatlah tahu kondisi di kantor. Eeh… aku tetep kena marah. Kali ini aku terdiam hanya mendengarkan omelannya sampai tuntas baru aku akan melanjutkan bicara. Aku mencoba mengalihkan pembicaraan, tapi tetap saja gak bisa enjoy, karena awalnya memang dah "sakit ati".

Akhirnya aku memutuskan untuk pulang, sesampai dari sana suasana hati kembali menjadi buruk. Pikiran-pikiran dan perasaan-perasaan negatif mondar-mandir. Kok, ada orang seperti itu, ya? Sudah diajak bicara baik-baik, eh malah tidak dipercaya. Dikasih solusi, tidak mau mendengar dan menerima. Maunya menang sendiri. Maunya kepentingan dia sendiri yang dipikirkan. Tambah pikir, tambah kesal jadinya.

Jadi ingat ajaran yang pernah kudengarkan saat meditasi dulu mengenai berdiam diri. Katanya, berdiam diri adalah tidak menginginkan perasaan-perasaan yang tidak menyenangkan cepat berlalu dan tidak menginginkan perasaan-perasaan menyenangkan tidak berakhir. Dan itulah yang memang sering terjadi. Aku, kau, kita, sering menginginkan perasaan-perasaan tidak menyenangkan cepat berlalu. Mengutuknya, tidak menyukainya, membencinya hingga membuat kita stress, marah dan mengatakan bahwa hari ini hari yang buruk. Sementara saat kita merasa senang dan bahagia, kita berharap hari itu tidak akan berakhir, kalau bisa abadi selamanya. Seperti harapan sejoli yang sedang dimabuk cinta yang menjanjikan tidak akan berubah selamanya.

Hidup, rasa, keadaan dan bahkan diri kita sendiri, dari waktu ke waktu selalu berubah. Mengalami banyak perubahan. Karena perubahan adalah nadi kehidupan itu sendiri. Ada perubahan barulah ada kehidupan. Kadang terjadi perubahan yang terasa buruk, kadang malah terjadi perubahan ke arah yang baik. Dan begitu juga dengan suasana hati kita. Terkadang kita menjadi kecewa dan marah. Bukan tidak boleh tapi harusnya kita tahu bagaimana untuk cooling down kembali dengan satu keyakinan bahwa tidak ada yang abadi. Bahwa suatu saat keadaan buruk ini akan berlalu. Dan ketika keadaan menyenangkan datang, kita harusnya mengingatkan diri, jangan terlena. Berbahagialah, tersenyumlah, tapi jangan lupa untuk tetap tegar kalau keadaan berbalik kembali. Karena inilah hidup. Hitam dan putih. Terang dan gelap. Baik dan buruk. Tertawa dan menangis. Selama kita hidup, kita akan selalu tetap memiliki dua bagian yang tak terpisahkan itu.
Surabaya, 20 Mei 2010