Tanyalah udang,
mengapa bersembunyi di balik batu? Pasti jawabannya, “Kami tidak bersembunyi,
itu rumah kami. Rumah kami luas tak bertembok tebal, tak berpagar tinggi
seperti rumah kalian makhluk manusia. Kami menyukai sungai jernih berarus yang
berbatu-batu. Kami hidup tenteram di sana, sampai kalian mengejar-ngejar.
Puluhan bahkan mungkin ratusan ekor teman kami di ujung kali kalian tangkap
tiap hari.”
“Kami tidak
bodoh seperti yang kalian sangka. Bahkan kami bisa berjalan mundur dan melompat
ke belakang dengan sangat cepat. Apa kalian bisa melakukannya? Otak kami
berbeda konstruksinya dengan otak kalian. Sistem otak kami disebut sistem
syaraf tangga tali. Sebuah sistem syaraf yang sangat sederhana, terbuat dari
dua tali syaraf. Andai nama kita di balik, kalian yang hidup di gedung-gedung
itu yang bernama udang dan makhluk yang hidup di sela-sela bebatuan di sungai
itu bernama manusia, maka udang yang tolol akan dijuluki udang berotak manusia.
Iya kan?”
Panjang juga
ceramah udang ini. Percaya? Untuk membuktikannya tanya sama udang di balik
batu. Makhluk yang bernama manusia, memang kurang kerjaan membuat peribahasa,
“Ada udang di balik batu.” Itu berarti setiap ada batu, pasti ada udang di
sebaliknya. Padahal belum tentu ada udang. Makna peribahasa itu, kalau udang
tahu, pasti mereka tertawa terpingkal-pingkal, sampai bertambah seksi bungkuk
punggungnya. Ada udang di balik batu bermakna, orang yang berpura-pura baik,
namun sebenarnya ada maksud terselubung. Orang tersebut tidak tulus. Ada
agenda-agenda tersembunyi yang disusupkan.
Seorang yang
tidak biasa-biasanya beranjangsana, tiba-tiba rajin berkeliling keluar masuk
kampung, lengkap
dengan buah tangannya, pasti ada maksud sesuatu. Barangkali sedang mencari
calon menantu, Atau sedang survei calon istri nomor dua atau tiga. Dana bantuan
sosial APBD yang dibagikan oleh penguasa atau politisi selalu diiringi dengan
pesan-pesan sponsor. Mana ada makan siang gratis, kata orang bule. Hubungan
aksi-reaksi seperti itu sangat tepat digambarkan dalam pribahasa, ada udang di
balik batu. Ada harapan yang lebih besar atau lebih menguntungkan dari suatu
perbuatan atau budi yang ditanam. Kalau tujuan yang tersembunyi itu tidak
mengorbankan kepentingan umum, tidak jadi masalah. Tapi bila maksud tersembunyi
itu sarat dengan kepentingan pribadi, maka udang di balik batu menjadi negatif.
Udang juga punya
stigma negatif dengan otaknya. Bukan karena otaknya berada di dengkul, sebab
udang tidak punya dengkul. Tapi masalahnya, kepala udang berfungsi sebagai
perut, atau dengan kata lain perutnya ada di kepala, dan tentu saja “perut” ini
berisi segala macam makanan,baik yang baru maupun yang lama. Ternyata tidak
semua tengkorak kepala makhluk hidup di bumi ini berisi otak, seperti pemahaman
umum manusia. Udang pengecualian, tengkoraknya tidak berisi otak tapi makanan.
Entah apa rahasisanya. Oleh karena itu orang yang bodoh sering disebut
berkepala udang.
Perihal
kepalanya yang berisi makanan, konon dianggap aib bagi udang, sehingga ketika
udang menertawai ikan karena tidak punya jepitan, ikan langsung membalas kontan
dengan jurus jitu. Udang tak punya kepala yang bisa berpikir sehingga udang
tidak bisa membedakan berjalan ke depan atau berjalan mundur. Udang juga
berbadan bungkuk, dan udang sering tak sadar akan bungkuknya. Tapi aneh bin
ajaib, makhluk laki-laki dewasa yang bernama manusia, justru sering
tergila-gila mencari si bungkuk udang. Alamaaak.